Pertalite ‘Gila’: Harga Eceran di Koba Tembus 13.000 Rupiah. 

Nasional998 views

Foto ; Ilustrasi 

Koba| Jejakkriminal.com- Teriakan kekesalan dan keheranan membahana di Kota Koba, Kabupaten Bangka Tengah. Bagaimana tidak, harga Pertalite di tingkat pengecer kini menembus angka psikologis Rp13.000 perliter! Sebuah harga yang sungguh fantastis dan membebani, terutama di tengah kondisi kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite yang sudah menggerogoti kehidupan warga beberapa minggu terakhir.

Diduga salah satunya penyebab naiknya harga pertalite adalah penyegelan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Desa Nibung oleh Pertamina. Praktis, kini hanya satu SPBU yang beroperasi, terletak di Kelurahan Berok. Ironisnya, SPBU satu-satunya ini pun dikuasai oleh praktik ‘pengeritan’ yang semakin merajalela. Para ‘pengerit’ ini bahkan berkamuflase dengan menggunakan motor-motor kecil, namun dengan lihainya mampu mendominasi hingga empat baris antrean.

Mereka berulang kali mengisi tangki, seolah tak peduli dengan panjangnya barisan warga lain yang juga membutuhkan.

Kondisi carut-marut ini sudah berlangsung nyaris sebulan lamanya. Sayangnya, pemerintah daerah terkesan adem ayem, belum ada tindakan signifikan yang terlihat untuk mengatasi krisis BBM ini.

Menurut penuturan Akang, seorang pengecer, “Kejadian ini sudah hampir sebulan. Kadang kita juga kehabisan bensin. Pengerit menjual ke kita dengan harga Rp12.000, jadi terpaksa kita jual Rp13.000 per liter. Untung seribu rupiah saja sudah lumayanlah.”

Pengakuan ini jelas menggambarkan bagaimana mafia ‘pengerit’ telah memainkan harga, memaksa pengecer dan akhirnya konsumen harus membayar lebih mahal. Di tempat lain, SK, seorang warga, mengungkapkan frustrasinya, “Kami sangat kesulitan mendapatkan Pertalite di SPBU karena antrean yang luar biasa panjang. Lebih menyakitkan lagi, kami harus bersabar menunggu pegawai SPBU melayani para ‘pengerit’ yang menyamar menggunakan motor standar. Ini benar-benar tidak adil!”

Kisah pilu di Koba ini adalah tamparan keras bagi penegakan aturan dan pengawasan distribusi BBM. Ketidakberdayaan pemerintah dalam menghadapi praktik ‘pengeritan’ dan lambannya solusi atas penyegelan SPBU telah menciptakan pasar gelap BBM yang mencekik leher warga. Jika kondisi ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin gejolak sosial dan ekonomi akan semakin memburuk di Bumi Serumpun Sebalai ini.”(Dedi bhutet).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed